Berita Ekonomi dan Keuangan
Kajian Ekonomi Regional

Kajian Ekonomi Regional

 
Sistem Informasi berbagai aspek perekonomian provinsi, dengan didukung kerjasama dan koordinasi dengan instansi Pemerintah Daerah, Perbankan, Badan Pusat Statistik dan stakeholders lainnya. Cakupan informasi berupa perkembangan ekonomi regional dan inflasi; moneter, perbankan dan sistem pembayaran; ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat; keuangan daerah; dan prospek perekonomian regional; serta didukung boks penelitian (antara lain pengembangan UMKM dan investasi daerah)

Forum Policy Dialogue Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Barat, berlangsung di Gedung Sate yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Iwa Karniwa dan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Kamis (20/10).
Forum yang mengangkat tema “Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan” ini bertujuan untuk membahas strategi serta kebijakan yang perlu difokuskan untuk menjaga momentum perbaikan ekonomi ditengah risiko yang masih berkembang baik dari domestik maupun global.
Selain risiko-risiko tersebut, telah dipetakan beberapa prioritas tantangan perekonomian Jawa Barat yang secara fundamental dapat menghambat akselerasi pertumbuhan ekonomi serta pemerataan kesejahteraan masyarakat.
Secara umum, kondisi perekonomian Jawa Barat terpantau terus membaik khususnya ditengah pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat diiringi dengan tingkat inflasi yang terus menurun selama semester I 2016. Sejalan dengan hal tersebut, tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran hingga triwulan I 2016 juga terpantau menurun secara tahunan.
Namun demikian, pertumbuhan ekonomi yang terakselerasi pada triwulan II 2016 sebesar 5,88% ini masih berada di bawah rata-rata pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat selama 6 tahun terakhir sebesar 6,02%. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Jawa Barat saat ini belum sepenuhnya pulih ke tingkat pertumbuhan fundamentalnya.
Dari aspek kesenjangan, pertumbuhan ekonomi yang melambat khususnya hingga tahun 2015 diiringi dengan ketimpangan yang tercermin dari gini ratio yang juga relatif meningkat ke level 0,41 walaupun masih di bawah ambang batas kesenjangan 0,50.
Secara sektoral, pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor pertanian pada triwulan II 2016 yang masing-masing sebesar 5,46% dan 4,87% sudah berada di atas rata-rata pertumbuhannya selama 6 tahun terakhir (industri pengolahan 4,38% dan pertanian 2,26%).
Namun sebaliknya, pertumbuhan sektor perdagangan pada triwulan II 2016 sebesar 4,16% masih berada di bawah rata-rata historisnya sebesar 7,93%, hal ini sejalan dengan pola konsumsi masyarakat yang sedikit tertahan selama perlambatan ekonomi.
Khususnya sektor industri pengolahan walaupun pertumbuhannya sudah berada di atas historisnya, namun kapasitas terpasang di pabrik hingga triwulan III masih belum optimal yakni di level 73,3%, di mana rata-rata kapasitas terpasang pabrik selama 6 tahun terakhir sebesar 79%.
Dari sisi ekspornya, karakteristik ekspor industri pengolahan Jawa Barat masih didominasi oleh medium tech (44,46%) dan low tech (40,76%) sementara pangsa high tech hanya 14,78%. Ke depannya, perlu ditingkatkan pangsa ekspor produk manufaktur yang bersifat high tech karena memberikan added value yang lebih tinggi.  http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/jabar/jabarprov



Berita Ekonomi dan Keuangan Lainnya